Gambar: Pressrelease.id

Menperin Mendorong Kerja Sama Strategis Sektor Industri Saat Melawat Ke Turki

Sabtu, 08 Jun 2024

Menteri Perindustrian (Menperin) Republik Indonesia Agus Gumiwang Kartasasmita bersama Sekretaris Jenderal, Direktur Jenderal Industri Agro, dan Duta Besar Republik Indonesia untuk Turki melakukan serangkaian kunjungan kerja ke Istanbul dan Ankara pada tanggal 4-5 Juni 2024. Selama kunjungan tersebut, Menperin bertemu dengan beberapa pimpinan perusahaan industri serta Menteri Perindustrian dan Teknologi Turki, H.E. Mehmet Fatih Kacir. Pertemuan ini bertujuan untuk memperkuat hubungan industri antara kedua negara.

Indonesia dan Turki memiliki hubungan yang sangat baik. Keduanya merupakan negara dengan mayoritas penduduk muslim, yang mewakili dunia Islam, dan juga merupakan ekonomi terbesar di wilayahnya masing-masing.

Dalam pertemuan dengan Menteri Perindustrian dan Teknologi Turki di Ankara, Menperin menyoroti nilai perdagangan dan investasi antara Indonesia dan Turki yang saat ini masih sangat kecil, sehingga masih terdapat potensi yang besar bagi kedua negara untuk meningkatkan kerja sama.

"Indonesia dan Turki memiliki sektor industri manufaktur yang sedang berkembang pesat dan menawarkan banyak potensi untuk kerja sama. Kami berharap melalui kolaborasi ini, industri manufaktur di kedua negara dapat tumbuh lebih kuat," ucap Menperin di Jakarta, pada hari Jumat (7/6).

Dalam pertemuan tersebut, kedua menteri sepakat bahwa masih ada banyak ruang dan peluang yang terbuka bagi kedua negara untuk bekerja sama secara saling menguntungkan. "Indonesia dan Turki perlu mengidentifikasi sektor-sektor prioritas yang dapat memberikan nilai tambah dan manfaat bagi kedua negara," jelas Agus.

Beberapa sektor yang berpotensi untuk dikembangkan bersama termasuk industri pertahanan, industri baterai untuk kendaraan listrik, industri halal, dan kerja sama antar kawasan industri. Turki telah menyatakan kesiapannya untuk membantu dalam pengembangan industri pertahanan Indonesia.

Selanjutnya, dalam kerja sama industri baterai berbahan baku nikel untuk kendaraan listrik (EV), Menteri Perindustrian mengundang produsen EV Turki untuk bermitra dan berinvestasi di Indonesia, dengan menawarkan berbagai insentif yang dapat diberikan pemerintah untuk mendorong penggunaan kendaraan listrik di dalam negeri. Sebagai salah satu produsen nikel terbesar di dunia, Indonesia memiliki PT Industri Baterai Indonesia/Indonesia Battery Corporation yang mendukung investasi di sektor EV.

Dengan mayoritas penduduknya adalah umat Muslim, kerja sama di bidang industri halal antara Indonesia dan Turki memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Turki memiliki kapabilitas industri makanan dan minuman yang baik, dan dapat menjadi pusat produksi bagi produk halal ke seluruh dunia. Indonesia akan mendukung Turki untuk meningkatkan investasi di industri halal.

Terkait kerja sama antar kawasan industri, Menteri Perindustrian mengungkapkan bahwa telah ada Memorandum of Understanding (MoU) antara OST?M dengan Kawasan Industri Batang dan KPBPB Tanjung Pinang untuk mengimplementasikan model pengembangan Kawasan OST?M di dua wilayah tersebut. Indonesia berharap MoU ini akan membuka jalan bagi lebih banyak kerja sama antara kawasan industri Turki dan Indonesia.

Kerja sama standardisasi halal antara Badan Standarisasi Nasional Indonesia dan Turkish Standard Institute juga akan menjadi fokus kerja sama kedua negara. Hal ini bertujuan untuk menyelaraskan standar dan saling mengakui produk halal dari masing-masing negara.

Selanjutnya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) akan berkoordinasi dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Mind ID untuk melanjutkan pembahasan mengenai kerangka investasi bersama di bidang baterai kendaraan listrik (EV) dan industri otomotif. Dalam bidang industri aviasi, kerja sama akan difokuskan pada pengangkutan barang dan logistik. Mengingat Indonesia dan Turki memiliki keunggulan industri aviasi masing-masing, diharapkan kedua negara dapat saling melengkapi dan meningkatkan kapasitas industri tersebut.

Menperin juga meminta dukungan dari Turki untuk proses aksesi Indonesia ke organisasi internasional The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). Sebagai salah satu pendiri OECD, Turki memiliki pengaruh yang signifikan dalam organisasi tersebut. Dukungan ini diharapkan dapat membantu Indonesia mencapai target aksesi dalam waktu tiga tahun.

Selain itu, Menperin juga membahas penguatan kerja sama dalam kerangka Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Developing Eight (D-8), terutama dalam pengembangan akses pasar melalui implementasi Preferential Trade Agreement Among D-8 (D-8 PTA) dan negosiasi Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) antara Indonesia dan Turki. Menperin mengakui bahwa Indonesia dapat belajar banyak dari Turki, terutama dalam praktik pengelolaan dan pengembangan sektor industri, serta pemenuhan standar produk, industri, dan teknologi yang diperlukan.



Berikan komentar

Komentar