Departemen Kehakiman Amerika Serikat (AS) pada Selasa (14 Mei 2024) mengumumkan bahwa Boeing dapat dituntut atas kecelakaan Lion Air JT. . -610 dan Ethiopian Airlines ET-302 yang menewaskan total 346 orang. Surat tersebut, yang dikirim ke pengadilan federal di Texas, mengatakan Boeing melanggar kewajibannya berdasarkan kontrak yang melindunginya dari tuntutan hukum. Namun Boeing mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa pihaknya yakin akan mematuhi perjanjian tersebut dan membela diri. Menurut otoritas AS, Boeing melanggar kewajibannya berdasarkan Perjanjian Penuntutan yang Ditangguhkan (DFA) dengan gagal merancang, menerapkan, atau memantau program kepatuhan dan etika untuk mencegah dan mendeteksi pelanggaran undang-undang antipenipuan AS selama operasinya. Pelanggaran tersebut berarti Boeing dapat dituntut atas pelanggaran hukum federal terkait kecelakaan tersebut. Pemerintah AS sedang mengevaluasi langkah selanjutnya dan meminta Boeing untuk memberikan tanggapan paling lambat tanggal 13 Juni 2024. Para pejabat AS juga berencana untuk berbicara dengan keluarga korban kecelakaan Lion Air JT-610 dan Ethiopian Airlines ET-302. Pada bulan Maret 2019, sebuah Ethiopian Airlines Boeing 737 MAX 8 jatuh di tenggara Addis Ababa, menewaskan 157 orang di dalamnya. Ini merupakan kecelakaan kedua dalam lima bulan pada 737 MAX, lini produksi yang menggantikan 737 NG. Kecelakaan pertama yang melibatkan pesawat MAX 8 Lion Air terjadi Oktober lalu di Laut Jawa Indonesia, menewaskan 189 orang. Kedua pesawat jatuh tak lama setelah lepas landas. Investigasi mengungkapkan adanya masalah pada sistem penerbangan otomatis. Boeing 737 MAX kemudian harus dilarang terbang sementara atau dilarang memasuki wilayah udara di seluruh dunia.
404
Harga Tiket Pesawat Turun 10%, Berikut Lokasi Bandara dan Jadwalnya
Qatar Airways Cargo Umumkan Kemitraan Strategis dengan MASkargo